Senin, 28 Maret 2011

PSIKOLOGI SOSIAL - INTERAKSI SOSIAL..RDWAPRILAMSAH


BAB 1
PENDAHULUAN
Interaksi Sosial merupakan factor utama dalam kehidupan sosial. Karena interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi dimulai pada saat itu juga. mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau mungkin saling berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tidak saling berbicara interaksi telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya, aroma minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya. Semua itu menimbulkan kesan didalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Interaksi Sosial

Dewasa ini kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak lah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian individu, kecakapan-kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan system psyco-physik tersebut berhubungan dengan lingkungannya. Tegasnya individu memerlukan hubungan dengan lingkungannya; tanpa hubungan ini individu bukanlah lagi individu. Dalam hal ini sarjana psikologi Woodworth menambahkan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan meliputi pengertian :
-          Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
-          Individu dapat menggunakan lingkungan
-          Individu dapat berpartisipasi dengan lingkungan
-          Indiovidu dapat menyesuaikan diri dengan lingkugan.
Dalam menghadapi dunia sekitar individu tidak bersifat pasif, tetapi aktif, artinya berusaha mempengaruhi, menguasai, mengubah dalam batas-batas kemungkinannya.
Demikian juga sebalikanya alam sekitar mempunyai peranan terhadap individu, artinya melalui individu mempengaruhi individu, tingkah laku, perbuatan, fikiran, sikap, perasaan, kemauan dan sebagainya.
Pada umumnya hubungan itu berkisar kepada usaha dalam menyesuaikan diri dan penyesuaian diri ini dapat dengan cara yang disebut autoplastis, (auto = sendiri, plastis = dibantu), yaitu seseorang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuain diri pun dapat dengan cara allopastis, (allo = yang lain), artinya seseorang dapat pula merubah lingkungannya agar sesuai dengan keinginan dirinya.
Dengan demikian kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai dua fungsi yaitu berfungsi sebagai objek dan sebagai subjek. Itulah sebabnya maka H. Bonner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut :
“Interaksi Sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.
Hal ini merupakan suatu keuntungan yang besar bagi manusia, sebab adanya dua macam fungsi yang dimiliki itu timbullah kemajuan-kemajuan dalam hidup bermasyarakat. Jika manusia ini hanya sebagai obyek semata-mata maka hidupnya tidak mungkin lebih tinggi dari pada kehidupan benda-benda mati, sehingga kehidupan tidak mungkin timbul kemajuan.
  1. Faktor-Faktor Yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial
a.      Faktor Imitasi
Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada factor imitasi saja, Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi daam interaksi sosial itu tidak kecil. Terbukti misalnya tren pakaian Harajuku dari Jepang mampu mengubah gaya hidup remaja-remaja di Jakarta. Remaja tersebut mengamati, melihat, dan menerapakannya dan hasilnya hasil imitasi itu berubah menjadi gaya hidup yang baru serta mengubah struktur sosial budayanya.
b.      Faktor Sugesti
Yang dimaksud sugesti disini ialah pengaruh psychis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya :
1)      auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.
2)      hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Baik auto-sugesti maupun hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. Banyak hari-hari yang tidak diharapkan oleh individu baik karena auto-sugesti maupun karena hetero sugesti. Sering individu merasa sakit-sakitan saja, walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena adanya auto-sugesti maka individu merasa dalam keadaan yang tidak sehat, masih banyak lagi hal-hal yang disebabkan karena auto-sugesti ini.
Dalam lapangan psikologi sosial peranan hetero sugesti akan lebih menonjol dari pada auto-sugesti. Dalam psikologi sosial banyak individu-individu menerima sesuatu cara ataupun pedoman-pedoman, pandangan, norma-norma, dan sebagainya.
Misalnya dalam bidang propaganda orang mempropagandakan dagangannya, karena pandainya orang menyampaikannya, maka tanpa berpikir lebih lanjut orang lain akan menerima saja apa yang diajukannya. Hal ini akan banyak kita jumpai dikehidupan sehari-hari.
Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah sati dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Dalam ilmu jiwa sosial sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebi dahulu. Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat dahulu. Yaitu :
a)      Sugesti karena hambatan berfikir.
b)     Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi)
c)      sugesti karena mayoritas
d)     sugesti karena minoritas
e)      sugesti karena will to believe
c.       Faktor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah, maupun secara batiniah. Misalnya identifikasi seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya dan seorang anak permpuan untuk sama dengan ibunya. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung tidak sadar (dengan sendirinya) kemudian irasionil, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecendrungan-kecendrungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasionil, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi system norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.
d.      Faktor Sympati
Sympati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Sympati timbul tidak atas dasar logis rasionil, berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya.
sekarang apa bedangan sympati dengan identifikasi?
-          Sympati :
·         Dorongan utama adalah ingin mengerti dan kerja sama dengan orang lain.
·         Hubungan sympati menghendaki hubungan kerja sama antara 2 orang atau lebih yang setaraf.
·         Sympatu bermaksud kerja sama.
-          Identifikasi
·         Dorongan utama adalahingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh dan ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya ideal.
·         Hubungan identifikasi hanya menghadaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifatnya yang dikaguminya.
·         identifikasi bermaksud belajar.
Sympati dapat dapat dirumuskan sebagai rasa tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Seperti pada proses identifikasi, proses sympati pun kadang-kadang berjalan tidak atas dasar logis rasionil, berdasarkan penilaian perasaan. Katakanlah orang tiba-tiba tertarik dengan orang lain, seakan-akan dengan sendirinya.
Perbedaanya dengan identifikasi, dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh dan ingin belajar. Sedangkan pada sympati, dorongan utama ingin mengerti dan ingin kerja sama.
Dengan demikian sympati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.
Tokoh-tokoh teori Individualisme, Adam Smith (1759) dab Herbert Spencer (1870) juga menerangkan prinsip-prinsip sympati untuk menerangkan tindakan-tindakan yang tidak semata-mata mengejar keuntungan sendiri atas dasar pikiran, tetapi juga dikemudikan oleh sympati terhadap orang lain, yang tanpa itu sebenarnya kehidupan sosial itu tidak ada.
Adam Smith membedakan dua bentuk dasar daripada sympati :
  1. Yang menimbulkan response yang cepat hampir seperti reflek.
Misalnya :
-          Kalau kita melihat orang dipukul tongkat dengan keras maka kita akan merasa ngeri
  1. Yang sifatnya lebih inteletuil kita dapat bersympati terhadap seseorang, meskipun kita tidak merasakan sebagai yang ia rasakan.
Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan sympati bila seseorang berhasil dalan usahanya, walaupun kita sendiri tidak berahasil atau susah.
Herbert Spencer, ia mengemukakan dua bentuk sympati :
  1. Perspectively presentative (yang cepat seperti reflex).
  2. Respresentative (yang sadar refleksife)

3.      SITUASI SOSIAL
Pada dasarnya individu selalu berada dalam situasi sosial. Situasi sosial yang merangsang individu sehingga individu berintkah laku oleh sheriff and Sherif disebut situasi perangsang sosial atau social stimulus situation.
Situasi perangsang sosial ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1.      Orang lain, yang dapat berupa :
(1) individu-individu lain sebagai perangsang.
(2) kelompok sebagai situasi perangsang, yang dapat dibedakan lagi atas :
a.      Hubungan intragroup : yaitu hubungan antara individu lain dalam kelompok lain atau antara kelompok dengan kelompok.
b.      Hubungan intergroup : yaitu hubungan antara individu satu dengan yang lain dalam kelompok itu sendiri.
2.      Hasil kebudayaan yang dibedakan :
(1) Kebudayaan materiil
(2) Kebudayaan non materiil.
Untuk lebih memberikan gambaran yang jelas akan diterangkan lebih lanjut sebagai berikut:
Orang lain sebagai perangsang : Orang lain terhadap kita dan sebaliknya ktai terhadap orang lain merupakan situasi perangsang sosial yang kita sadari. Antara orang yang satu dengan orang lain terjadi hubungan intrapersonal.
Kelompok sebagai situasi perangsang sosial :
Pengertian kelompok disini memiliki norma sosial, pedoman tingkah laku serta cita-cita kelompok.

Hasil-hasil kebudayaan sebagai situasi perangsang :
Diluar orang lain dan kelompok sebagai perangsang yang berupa manusia, ternyata ada situasi perangsang sosial lainnya, misalnya : bangunan rumah, perkakas, candi, hasil ukir-ukiran, bahasa, seni music, adat-istiadat dan sebagainya. Semuanya itu hasil kebudayaan manusia yang dianggap sebagai perangsang cultural. Seorang antropolog yang bernama Herkovits mengatakan bahwa : Kebudayaan adalah bagian daripada lingkungan yang dibut oleh manusia.
 Kebudayaan material.

Berupa     hasil     kerja   dan      interaksi    manusia     yang    berupa   benda    struktur kendaraan.
Misalnya : bangunan, TV, Radio, kendaraan.

Ternyata kemajuan dibidang teknologi mampu mengubah sikap individu. Hasil-hasil teknologi mampu memberikan kemudahan-kemudahan dalam kehidupan individu. Kemsuanya ini akan mempengaruhi tingkah laku.
 Kebudayaan Non material.
Hasil kebudayaan non material ini terjadi dari hasil interaksi manusia misalnya : bahasa, norma, organisasi sosial. Semuanya ini hasil kebudayaan yang tidak berpa benda.
Dari uraian tersebut jelas bahwa situasi perangsang sosial yang enyebabkan timbulnya tingkah laku pada individu dapat berupa manusia baik secara individual kelompok, hasil kebudayaan baik bersifat materiil maupun non materiil.
Situasi sosial itu adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsungnya hubungan antara individu yang satu dengan yang lain atau terjadi saling hubungan dua individu atau lebih. Situasi sosial ini dibedakan atas :
1.               Togetherness situations atau situasi kebersamaan yaitu situasi dimana sejumlah individu berkumpul.
2.               group situation disebut juga situasi kelompok atau kelompok sosial.
 Togetherness situation
Situasi ini berupa situasi dimana sejumlah individu berkumpul pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Situasi kebersamaan ini memiliki ciri-ciri:
1.               Sejumlah orang bekumpul
2.               Mempunyai kepentingan yang sama
3.               Pada tempat yang tertentu
4.               Untuk sementara waktu
Kumpulan orang disini tidak memiliki ikatan diantara individu yang satu dengan yang lain. Tidak ada hubungan face to face, apalagi hubungan yang intensif. Mereka berkumpul disuatu tempat didorong adanya kepentingan yang sama, Waktupun hanya sementara. Sesudah kepentingannya selesai, kumpulan orang itu bubar. Antara individu yang satu dengan yang lain tidak diikat dengan norma tertentu yaitu norma yang dibut bersama dan ditaati bersama. Waktunya hanya sementara. Namun demikian, bukan berarti mereka tidak mengadakan hubungan sama sekali, setidak-tidaknya masing-masing anggotadalam situasi kebersamaan ini menyadari bahwa diluar dirinya ada orang lain. Dan adanya orang lain diluar dirinya itu ternyata berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Orang merasa dan sadar bahwa ada orang lain atau banyak orang diluar dirinya. Orang juga menyadari bahwa apa yang akan dilakukan akan disadari juga oleh orang lain juga. Ternyata orang tidak mau terlalu berbeda jauh dengan orang-orang disekitarnya.
Suatu kekita situasi kebersamaan ini dapat berubah menjadi situasi massa.  Bnyak sekali istilah yang dipakai untuk dipkai : crowd dan social movement (Mlgram, Toch, 1969, p.507), mass phenomena (Brown, 1954) collective behavior (Smelser. 1964, Turner and Kilian, 1957). Istilah yang terakhir yaitu Collective behavior merupak tingkah laku kelompok yang timbul secara spontan, relative tidak terorganisasi, tidak terduga dan tidak terencana dalam arah perkembangannya, dan saling tergantung pada saling pengaruh diantara para pelakunya.
 Collective behavior : Crowds dan Social Movement.
Apakah Crowds itu?
 Kimball Young menyebutkan sebagai berikut :
Aksi massa adalah sekelompok individu yang memiliki pemusata perhatian umum, disertai tingkah laku, sikap dan perasaan yang mendalam.
 Menurut Blumer & Park (1959, p. 204) :            
Crowds adalah sekelompok individu  yang saling manruh sympati satu sama lain dengan perhatian yang memusat pada satu obyek khusus yang membawanya kegiatan kolektif.

Beberapa type crowd yang sangat terkenal adalah :
1.               The mob yaitu suatu massa yang kacau atau rebut yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang menyimpng dari peraturan
2.               a riot adalah suatu kegiatan yang mengganggu ketentraman oleh sekelompok individu dengan menyerang atau mengkritik kelompok lain.
3.               Panic adalah suatu perasaan dalam bahaya dan takut, yang diduga menimbulkan dan ketentraman.

Situasi kebersamaan belum tentu menjadi massa. Situasi ini baru berubah menjadi massa kalau ada move (gerakan) yang menggerakan, tanpa adanya move ini tetap merupakan situasi orang banyak. Crowd yang sangat terkenal adalah crowd yang dijalanan.
4.                  KENYATAAN SOSIAL
Didalam dalam kehidupan ada dua macam kenyataan, yaitu :
-          sosial things atau benda-benda sosial
-          social fact atau kenyataan sosial itu sendiri.
Nilai dari social thins itu sendiri ditentukan oleh tiga factor yaitu kebutuhan, minat, dan kepercayaan. Jadi nilai-nilai tersebut sangat berguna bagi kehidupan di masyarakat. Berbeda dengan kenyataan sosial, dalam hal ini banyak menimbulkan masalah, karena kenyataan sosial itu menimbulkan pula sikap yang berbeda-beda.
Proses Sosialisasi
Interaksi adalah masalah yang paling unit yang timbul pada diri manusia. Interaksi ditimbulkan oleh bermaca-macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian didalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi individu dengan individu. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam masyarakat adalah sumber-sumber dan pusat efek psychologis yang berlangsung pada kehidupan orang lain. Artinya tiap-tiap orang itu dapat merupakan sumber dan pusat psychologis yang memperngaruhi hidup kejiwaan orang lain dan efek itu bagi tiap orang tidak sama.
Interaksi itu dapat dibedakan menjadi dua macam :
1.Interaksi antara benda-benda, biasanya bersifat statis, member respon terhadap tindakan kita, buka terhadap kita dan timbulnya hanya satu pihak saja yaitu orang yang melakukan perbuatan itu. Misalnya cermin-cermin merupakan pemantulantetapi cermin tidak bisa melihat.
2.Interaksi antara manusia dengan manusia, bersifat dinamis, member respon tertentu pada manusia lain; dan proses kejiwaannya yang timbul terdapat pada segala pihak yang bersangkutan.
Misalnya melihat orang menangis, hal itu dapat mengetahui bahwa orang itu susah/sedih. Mak dalam hal ini timbullah suatu ajarang yang terkenan dengan : Inference Doctrine.
Menurut ajaran ini tiap orang mempunyai pengalaman dan kesadaran sendiri yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman kejiwaan ini adalah penting dan sebagai dasar untuk mengenal kesadaran yang dialami oleh orang lain.
Kita tidak bisa secara langsung mengamati kehidupan mental seseorang, yang dapat kita amati itu ialah peristiwa phisis (suara, gerakan, mata, mimic dll).
Menurut teori ini, orang bisa mengetahui fakta kesadaran itu disebabkan karena orang mengadakan penarik konklusi (inference) dari pengalamannya pada diri sendiri.
Kelemahan-kelamahan terhadap Inference doctrine.
-          Dalam kenyataanya sering kita mengetahui psychologis orang lain secara langsung tanpa melakukan inference.
-          Inference doctrine menganggap bahwa kita mengamati kejadian dalam diri kita sendiri dengan cara seperti pengamatan pada orang lain. Hal ini patut diragukan kebenarannya. Sebab kalau kita melihat orang lain itu sebetulnya kita melihat suatu objek dan subyek bercampur menjadi satu, hingga sebenarnya kita tidak mungkin mengamati diri kita sendiri.
-          Bila kita bersendi pada inference doctrine ini, maka kita tak mungkin kita bis menangkap pengalaman orang lain yang belum pernah kita alami.


4.SITUASI KELOMPOK SOSIAL

Ciri-ciri dan peranan situasi kelompok sosial terhadap individu dan sebaliknya
1)      Eksperimen situasi kebersamaan F.H. Allport (1916-1919)
Dalam eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu, pada diri sendiri sudah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia dengan cara demikian sehingga menjadi berlainan dibadingkan dengan tingkah laku manusia itu dalam keadaan sendirian. Dalam eksperimen inisituasi sosial pada diri sendiri (an sich) sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiatan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatannya yang sama apabila dalam keadaan sendirian; yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan  pendapat-pendapat orang didalamnya.
2)   Eksperimen Rosenbaum dan Blake
Dari eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu, sebagai bentuk situasi sosial, dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama.
3)      Eksperimen Asch
Dari eksperimen ini ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu dalam penilaiannya. Sugesti (mayoritas) tidak berpengaruh apabila individu dengan jelas mengetahui apa yang harus ia lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar