BAB 1
Pendahuluan
Dalam sebuah aktifitas dakwah tidak dapat di pungkiri bahwa peran teknologi ikut serta dalam penyampaian dakwah. Untuk mempermudah proses dakwah, teknologi juga sangat diperlukan keberadaannya. Peran teknologi itu bisa berupa kemudahan-kemudahan dan efektifitas serta efisiensi yang diberikan pada saat penyampaian dakwah tersebut. Secara tidak langsung peran media itu sangat telah menjadi jarum suntik yang menusuk kulit, begitu cepatnya menerobos lapisan masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Media Dakwah dan Perkembangan Teknologi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer media adalah sarana penghubung informasi, seperti majalah, surat kabar, dan sebagaianya.[1] Jadi media itu suatu sarana atau fasilitas penghubung dalam suatu penyampaian informasi yang berbentuk suatu bahan bacaan. Sementara Itu media dakwah adalah alat yang dugunakan untuk penyampaian materi dakwah kepada Mad’u. Alat itu bisa berupa media cetak atau media elektronik seperti buku, majalah, surat kabar, radio, televise, film, internet dan lain-lain.
1. Media Cetak
Yang dimksud media disini adalah buku, majalah, surat kabar, dan sejenisnya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer media cetak ialah sarana informasi yang dicetak dan terbit secara berkala, seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya.[2] Maka dari itu media cetak merupakan salah satu media yang ampuh dalam penyampaian dakwah. Dikarenakan jenisnya yang berupa bahan bacaan yang dapat dibaca berulang kali kapanpun dan dimanapun sehingga dapat mempengaruhi sasarannya.
Media cetak pada dewasa ini telah bermunculan bagaikan munculnya jamur di musim hujan. Baik majalah, koran ataupun buletin lainnya. Hal ini merupakan wujud nyata dari sebuah era informasi dan keterbukaan. Oleh sebab itu alangkah baiknya jika para muballigh mampu memanfaatkan media-media cetak yang ada itu di sebagai sarana untuk merdakwah.[3]
Pemanfaatan media cetak untuk kepentingan dakwah, dalam hal buku/kitab agaknya sudah cukup baik. dilahat dari banyaknya judul majalah yang beredar dimasyarakat seperti Hidayah, Sabilli, Tarwabi, Ummi. Media cetak memang sangat mudah dijangkau masyarakat pada umumnya, sehingga dalam mendalami Kaidah Keislamannya dia tidak perlu datang ketempat-tempat majelis atau pengajian majelis ta’lim dan sebagainya karena media dakwah dalam bentuk media cetak sangat detail mengulas penuh masalah-masalah agama dan bisa dibaca berulang-ulang. Buku ini hendaknya tampil dengan gaya bahasa yang lancer, mudah dicerna dan menarik public, baik mereka orang awam maupun kaum terpelajar.[4] Namun masyarakat masih masih banyak yang kurang meminati surat kabar dan majalah Islam yang menjadi media dakwah. Ada dua penyebabnya, yakni: problem financial dan kurangnya kesadaran umat Islam akan peranan surat kabar atau majalah sebagai media dakwah.
Berdasarkan itu, para da’i perlu menyiapkan dirinya untuk memiliki keahlian berdakwah melalui tulisan media cetak khususnya surat kabar yang harganya tidak terlalu mahal agar para mad’ud juga dapat membaca pesan-pesan dakwah yang ditulisa di surat kabar tersebut disamping ia membaca berita umum.
a. Kelebihan dan Kekurangan Media Cetak Sebagai Media Dakwah
1.1.Kelebihan
· Media cetak khususnya majalah atau buku islami dapat dibaca berulang-ulang sehingga menimbulkan pemahaman yang baik ketimbang mendengarkan ceramah agama secara langsung.
· Mudah didapat bagi para mad’u yang ingin membelinya, dikarenakan makin maraknya fenomena majalah Islami di Indonesia.
· Mudah dipahami bagi para mad’u karena sifatnya yang bisa dibaca berulang-ulang kali sehingga ia dapat mengimplementasikannya kedalam kehidupan sosialnya.
· Simpel dan efektif dapat dibaca kapanpun dan dimanapun karena mudah dibawa kemana-mana.
1.2.Kekurangan Media Cetak
· Dari segi finalsial masyarakat awan masih sangat sulit untuk mendapatkannya disebabkan karena pendapatannya yang hanya cukup untuk makan saja dan tidak mampu membeli majalah Islami.
· Lalu kurangnya minat baca dikalangan masyarakat menjadi masalah yang sangat vital bagi perubahan para mad’u khususnya dalam pemahaman Agama Islam.
· Karena bentuk nya dalam buku atau pun majalah maka sering adanya kerusakan pada buku atau majalah tersebut sehingga ada bagian yang hilang dari bacaan tersebut.
2. Media Elektronik
Media Elektronik terbagi atas visual, audio dan audio visual.
a. Media Visual
Media komunikasi visual merukapan alat komunikasi yang dapat dugunakan dengan memanfaatkan indra penglihat dalam menangkap datanya. Jadi matalah yang berperan dalam pengembangan dakwah.[5] Media ini terdiri dari Film Slide, Overhead Proyektor, Gambar Foto Diam dan Komputer. Didalam kegiatan dakwah media film slide dapat digunakan sebagai alat peraga dalam menjelaskan suatu masalah agama. Kelebihan film slide dalam aplikasi dakwah adalah mad’u nya akan lebih mudah memahami penjelasan da’I, karena disertai dengan gambar.[6]
Peranan overhead dalam kegiatan dakwah adalah secara lansung da’I dapat menjelaskan materi dakwahnya dengan menyajikan melalui tulisan yang dapat disalin kembali oleh mad’unya. Media ini lebih baik digunakan dalam kegiatan dakwah yang bersifat pengajaran (ta’lim) karena dengan demikian para mad’ud nya dengan mudah melihat materi dakwah itu melalui layar. [7]
Gambar foto diam adalah media visual yang dapat memberikan penjelasan terhadap sasaran dakwah yang dituju. Karena dengan adanya gambar dapat memberikan keyakinan terhadap mad’u atas ke validitasan materi dakwah. Media ini lebih efektif apabila diterapkan sebagai pelengkap dakwah melalui media cetak. Komputer/laptop adalah teknologi yang terbilang canggih dewasa ini. Media ini merupakan salah satu alat komunikasi yang multi guna. Selain bisa dipakai untuk mengetik, alat ini juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan bantuan internet tentunya.
Dalam dunia dakwah media ini lebih cocok bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan business yang cenderung menjadi alat yang efektif bagi mereka. Alat ini sangat berguna bagi penyampaian materi dakwah karena terdapat fasilitas-fasilitas yang tidak dimiliki media dakwah lainnya. Media ini dapat menampilkan gambar, film, catatan/note (doc), slide show yang sangat berguna sekali dalam penyampaian materi dakwah.
b. Media Audio
Yang dimaksud media audio adalah radio. Sebuah pesawat yang kecil dan harganya relative murah, serta dapat memberiakn hiburan, pembinaan dan pendidikan. Untuk menikmatinya mengunakan indera telinga.[8] Radio dapat menembus kepelosok-pelosok yang tidak dapat dicai oleh media cetak. Ia tidak mengenal territorial suatu Negara. Ia juga dapat memberikan hiburan, penerangan dan pendidikan. berkaitan dengan dakwah, diharapkan Umat Islam mampu memanfaatkan radio sebagai medium dalam berdakwah, yang intinya mengajak kepada kebaikan dan memberantas kemungkaran.
Ada beberapa factor efektifitas yang dimiliki radio, yaitu: daya langsung, daya tembus dan daya tarik. Yang dimaksud daya langsung disini adalah dalam setiap penyiaran dakwahnya khususnya disiarkan secara langsung. Karena demi menjamin suatu keabsahan apa yang di sampaikan da’I tersebut dalam radio. Karena radio siarkan secara live dan tanpa adanya editan membuat radio menjadi salah satu satu media dakwah yang cukup baik.
Sedangkan yang dimaksud daya tembus ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Maka dari itu radio dapat menembus mereka-mereka (mad’u) yang berada jauh di pelosok desa, hutan, lautan sehingga penyampaian dakwah pun bisa dinikmati semua orang.
Factor selanjutnya yang menjadikan radio tetap hidup dan diminati adalah adanya daya tarik. Ada tiga unsure yang dimiliki radio sebagai daya tarik: music, kata—kata dan efek suara. Dengan ketiga unsure tersebut, dakwah melalui siaran radio bisa diramu menjadi menarik, karena tidak monoton berceramah, melainkan diirinagi dengan suasana rileks yang menghibur pendengar (mad’u).
Sebagai media massa, radio tidak luput dari kekurangan, yaitu kemungkinan terjadinya ganguan. Kemungkinan tersebut bisa dari factor bahasa, channel atau mekanik. Faktor bahasa bisa ,memjadi gannguan apabila pendengar tersebut mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata yang mungkin berbeda bahasa. Hal itu sangat mungkin terjadi memang radio didesain tidak ber layar (monitor) sehingga tidak ada fasilitas terjemahan layaknya televise. Dan ini salah satu problem yang amat vital bagi para pendengar khususnya masyarakat awam.
c. Media Audio Visual
Yang dimaksud media audio visual adalah televise, film, dan internet. Ketiga media ini tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan radio. Lebih-lebih televisi, meskipun daya penetrasinya tidak seperti radio, namun ia mampu menembus tembok-tembok rumah justru dengan gambar dan suara. Apalagi dengan ditemukannya system satelit relay, makatelevisi mampu memindahkan ganbar dari suatu benua ke benua lain dipermukaan bumi.
Dengan fasilitas seperti itu televisi menjadi media elektronik yang difavoritkan banyak pihak dalam dunia hiburan, pendidikan, iklan produk, dan lain sebagainya. Dengan fasilitas gambar dan suara televise sangat berguna dalam penyampaian materi-materi dakwah. Pemirsa pun bisa melihat bagaimana da’I tersebut menyampaikan isi ceramahnya kepada mad’u, bagaimana gerak geriknya, intonasinya, mimic wajahnya dan sebagainya secara langsung (live) atau tidak langsung.
Melalui televise dakwah bermakna beragam sesuai dengan aneka ragam kehidupan masyarakat, dakwah dengan seni, dengan ilmu, dengan teknologi dan kegiatan ekonomi, pendidikan serta budaya dan sebagainya.[9]
Film/sinetron sangat erata sekali keterkaitannya dengan televise, karena film itu ditayangkan melalui televise melalui berbagai proses yang sistematis dan editing yang tepat sehingga dapat menayangkan kepada pemirsa berbagai judul film yang ada khususnya film-film Islami. Film dalam media dakwah mendapat respom yang sangat possitif dari berbagai kalangan di masyarakat. Dakwah melalui film lebih komunikatif sebab materi dakwah diproyeksikan dalam suatu scenario film yang memikat dan menyentuh keberadaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.[10]
Oleh karena itu film/sinetron yang baik itu merupakan film yang dibuat dari kehidupan sosial masyarakat umum sesuai dengan kenyataan yang ada tidak dibuat-buat atau ditambah-tambahkan serta menampilkan bahan edukatif yang baik bagi pemirsa.
Dewasa ini pemanfaatan film/sinetron sebagai media dakwah sangat berkembang pesat terbukti dengan bermunculannya berbagai judul film/sinetron yang berlatarkan Islam, seperti; ayat-ayat cinta, ketika cinta bertasbih, wanita berkalung sorban, kiamat sudah dekat, emak ingin naik haji dan lain sebagainya.
Film/sinetron memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai indentifikasi sosiologis. Ketika proses decoding terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dalam salah seorang pemeran film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang dialami oleh salah satu pemain, lebih dari itu, mereka juga seolah-olah mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pesan-pesan yang termuat dalam adegan-adegan dalam film akan membekas dijiwa para penonton. Lebih jauh lagi, pesan tersebut akan membentuk karakter penonton secara permanen.
Adapun media Internet sebagai media dakwah. Dewasa ini internet sangat popular dikalangan masyarakat awam ataupun kaum terpelajar. Bgaimana tidak, kemampuannya yang canggih memungkinkan kit untuk mencari berbagai macam informasi di Internet. Internet pada awalnya dikembangkan tahun 1969 dengan nama ARPANET oleh DARPA (Defense Advanced Research Project Agency) milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Tujuan semula dibentuknya internet ini adalah untuk membentuk suatu jaringan computer, yakni juka terjadi peperangan, informasi tidak akan hilang karena informasi disimpan secara tersebar tidak pada satu titik.[11]
Internet merupakan kumpulan dari jaringan computer yang jumlahnya jutaan, yaitu LAN, MAN, ataupun WAN yang saling terhubung dengan menggunakan protocol TCP/IP. Media penghubung internet bisa berupa kabel, satelit ataupun gelombang radio.[12]
Fasilitas-fasilitas yang tersedia di internet ini sangat beragam seperti download file (video, lagu, doc dll), chatting, web cam, e-mail ataupun upload file yakni menaruh data-data kita yang tersimpang di hardist computer atau flasdist kedalam jaringan internet. Kehadiran internet bisa membawa berkah bagi kehidupan umat manusia dan bisa pula melahirkan bencanak, kemerosotan moral atau penipuan. Oleh karena itu, selain sebagai media mencari informasi dan kesenangan, para da’i pun merambah jaringannya dakwahnya melalui media ini.
Di facebook atau twitter banyak sekali home page para da’I seperti Ust. Yusuf Mansur, KH. Zainuddin MZ, Ust. Arifin Ilham ataupun tokoh-tokoh Intelektual muslim seperti M. Quraish Shihab, Ulil Absar Abdala atau Komarudin Hidayat yang setiap harinya memberikan ilmunya dengan menuliskan, pesan-pesan keislaman, kaidah-kaidah islamataupun hukum-hukum islam di facebook atau twitter miliknya. Penyampaian materi dakwah di internet sangat menguntungkan dan aksesnya pun mudah didapat. Selain kita bisa membacanya di internet, kita pun bisa meng-copy nya sebagai bahan bacaan kita sehari-hari.
Daftar Pustaka
Salim Peter, Salim Yenny ,Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern Engliash Press.
Al-Waliki, Muhammad Sayyid, (2002), Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Jakarta: Akademika Pressindo
M. Bahri Ghazali, (1997), Dakwah Komunikatif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Kusnawan, Aep (2009), Dimensi Ilmu Dkwah, Bandung: Widya Padjadjaran
Kuswayatno, Lia (2007), Mahir dan Terampil Berkomputer untuk SMA, Bandung: Grafindo
[1] Drs. Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern Engliash Press), Cet ke-1. AHLM. 958.
[2] Ibid
[4]Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), Cet. Ke 1. hlm20.
[5] Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif (Jakarta: 1997, Pedoman Ilmu Jaya), hlm. 34.
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Aep Kusnawan dkk, Dimensi Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm. 22.
[9] Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif (Jakarta: 1997, Pedoman Ilmu Jaya), hlm. 41.
[10] Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif (Jakarta: 1997, Pedoman Ilmu Jaya), hlm. 39.
[11] Lia Kuswayatno, Mahir dan Terampil Berkomputer Untuk SMA (Bandung: Grafindo, 2007), hlm 34.
[12] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar